Indahnya Taman Nasional Bali Barat -1: Curik Bali Burung Piaraan Para Bangsawan

Category: Ragam -> Traveling | Posted date: Sabtu, 3-Aug-2024 11:16 | Posted by: Satwika Rumeksa



Pulau Bali tak hanya dikenal dengan keindahan alam serta budayanya saja tetapi di pulau para dewata tersebut juga hidup berbagai satwaliar. Salah satu yang sangat dikenal adalah burung curik Bali atau jalak Bali, yang merupakan burung endemik.

Karena keindahannya, para raja dan bangsawan menjadikan burung curik Bali sebagai lambang kebersihan dan kesucian. Berikut reportase Gandhi Wasono M, ke Taman Nasional Bali Barat (TNBB)yang menjadi habitatnya.

HELOTIMORLESTE.COM - PAGI hari pada pertengahan Juli di dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Gilimanuk, yang terletak di bibir pantai selat Bali terdengar deburan ombak saling susul menyusul. Sementara di atas pepohonan terlihat gerombolan burung curik Bali(leucopsar rothschildil) yang cantik dengan lincah terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. 

Kicauan yang melengking sangat khas dipadu dengan suara deburan ombak terdengar begitu indah bagai sebuah orkestra. 

“Curik Bali atau kalau orang jawa menyebut jalak Bali memang menjadi ikon sekaligus burung endemik. Jumlahnya saat ini ada sekitar 600-an ekor atau jauh lebih banyak dibanding jenis burung lainnya. Di TNBB selain curik Bali masih ada sekitar 25 jenis burung lainnya,” kata Ali Purwanto, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (KSPTNW) 1 Jembrana TNBB.

Curik Bali, memang menjadi primadona karena bentuk fisiknya sangat indah.Bulunya yang putih bersih dengan sebagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam dipadu dengan warna biru di sekitar kelopak matanya makin menambah keelokannya. 

Menurut Ali,curik berbulu putih bersih karena burung tersebut sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Salah satu caranya dalam sehari curik Bali bisa beberapa kali mandi untuk membersihkan badan. 
“Karena itu di bebarapa titik petugas menyediakan bejana yang diisi air besih yang tujuannya selain untuk minum burung sekaligus sebagai tempat mandinya curik Bali,” papar Ali Purwantomenambahkan di TNBB selain burung juga dihuni oleh beberapa jenis mamalia dan reptilia.

Satu hal lagi yang menjadi penyebab mengapa curik Bali selalu terlihat bersih karena kalau bersarang burung tersebut tidak membuat sarang dari daun-daun kering seperti jenis burung lainnya, tetapi dia menempati lubang-lubang pada batang pohon yang lobang tersebut adalah hasil buatan dari burung pelatuk. 

“Curik Bali itu seperti ada kerja sama atau symbiosis mutualisma, pelatuk yang membuat lubang nanti curik Bali yang jadikan tempat untuk bertelur dan mengerami,” kata Ali menjelaskan luas total TNBB sekitar 19 ribu hektar yang 5 ribu hektar di antaranya lautan.

Karena keelokannya sehingga pada jaman dulu, para raja dan bangsawan Bali menjadikan curik bali sebagai burung piraan karena bentuk fisik dan perilakukanya secara filosofi mencerminkan kebersihan dan kesucian.

Karena TNBB menjadi “surganya” habitat curik Bali juga aneka satwa yang lain sehingga sangat pas menjadi tujuan wisata masyarakat bahkan para fotographer alam liar untuk mengabadikan keindahan satwa yang ada di dalamnya. 

Ditemukan Ilmuwan Eropa dan Sempat Akan Punah

Curik Bali memiliki sejarah tersendiri. Burung yang fisiknya sebesar kepalan orang dewasa secara scientific ditemukan oleh Baron Stressman seorang biolog kemudian menjadi ornitolog (ahli burung) pada tahun 1911. 

Ceritanya Baron yang berkebangsaan Inggris adalah anggota tim ekspedisi IIFreiburger Molukken-Expedition (1910-1912) yang dipimpin oleh Karl Denniger (Palaentolog dan Geolog).Pada 11 Januari 1911 dari Singapura bertujuan menuju Maluku tetapi di tengah perjalanan kapal yang ditumpangi Baron mengalami kerusakan di sekitar Pulau Bali. 

Kapal terpaksa diperbaiki di Surabaya, dan sambil menunggu perbaikan yang memakan waktu lebih dari dua bulan, Baron bersama dengan anggota tim ekspedisi lainnya O.D. Teuern (Ahli Fisika dan Antropologi) tinggal di Bali dan menggunakan waktunya untuk mengadakan penelitian di beberapa tempat. Salah satu hasilnya pada 24 Maret 2011 di sekitar Bubunan pantai utara Pulau Bali ditemukannya marga dan jenis burung baru bagi ilmu pengetahuan. 

Setahun kemudian, Baron Streessemann menerbitkan temuannya di majalah Bulletin of The British Ornitologist’ Club dengan nama Leucopsar Rothschildinama ilmiah Curik Balisetelah pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschildi, orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini di dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Kemudian pada tahun 1925 dilakukan observasi intensif oleh Dr. Baron Vikrot von Plesen, atas pendapat Streessmann yang melihat Curik Bali sangat langka dan berbeda dengan jenis lain dari seluruh spesimen yang dia peroleh, dan diketahui penyebaran Curik Bali hanya mulai Desa Bubunan sampai ke Gilimanuk seluas ± 320 km2. 

Ali mengungkapkan curik Bali punya cerita menarik. Karena burung ini menjadi primadona dan banyak digemari oleh pecinta burung sehingga di pasaran memiliki nilai jual tinggi.Akibatnya terjadilah pencurian besar-besaran yang puncaknya tahun 2006 curik Bali tidak diketemukan lagi di habitatnya.

Di tengah kekhawatiran akan kepunahan tersebut dunia internasional diantaranya lembaga konservasi burung di kebun binatang di Jepang dan Ohio, Amerikaikut menaruh perhatian serius. Kemudian kedua lembaga konservasi tersebut membantu memulihkan dengan cara melakukan penangkaran dan mengembangbiakkan dari koleksi curik Bali yang sudah mereka miliki. Upaya kedua lembaga konservasi akhirnya berhasil mengembangbiakkan dengan baik.
 
Lalu curik Bali hasil pengembangbiakkan di Jepang dan Ohio dikirim ke Bali untuk dilepas di alam liar. “Jepang dan Amerika adalah dua negara yang sangat berjasa, kalau tidak ada peran keduannya bisa jadi curik Bali sudah tinggal nama seperti halnya harimau Bali yang memang sudah dinyatakan punah,” jelas Ali yang kawasan TNBB seluas 19 ribu hektar memasuki dua wilayah kabupaten, Jembrana dan Buleleng. 

Setelah kejadian itu untuk menjaga agar curik Bali tidak kembali punah maka lembaganya melakukan dua strategi penguatan, kedalam dan keluar. Yang ke dalam dilakukan pengembangbiakkan sendiri kemudian setelah berhasil lalu dilepas di habitatnya.

Sedang strategi keluar pihaknya memberikan ijin kepada masyarakat luas untuk andil mengembangbiakkan di tempat atau rumahnya masing-masing. Teknisnya setelah diberi indukan ke penangkar nanti hasilnya 10 persen dari hasil penangkaran diserahkan ke TNBB untuk dilepas ke habitat sedang 90 persen bisa diperjualbelikan kepada masyarakat umum.

 “Tapi supaya legal dan tidak melanggar aturan semua burung yang dijual tersebut masing-masing akan diberikan sertifikat resmi,” papar Ali yang dengan strategi tersebut saat ini curik Bali nyaris tidak ada lagi pencurian.

Dengan strategi tersebut saat ini penangkaran curik Bali terbesar justru bukan di Bali tetapi di Klaten (Jateng). “Secara periodik penangkar yang ada di Klaten mengirim curik Bali ke TNBB untuk dilepas,” tambah Ali.(Gandhi Wasono-bersambung)