Helo Timor Leste

Obat Ajaib Donald Trump Hydroxychloroquine Diduga Picu 17.000 Kematian saat Covid-19

Satwika Rumeksa - Ragam -> Kesehatan
Minggu, 14 Jan 2024 13:09
    Bagikan  
Obat Ajaib Trump
Getty

Obat Ajaib Trump - Obat antimalaria yang disebut Donald Trump mampu mengatasi Covid ternyata malah membunuh pasien

HELOINDONESIA.COM - Hydroxychloroquine sebuah obat antimalaria, pada saat pandemi COVID-19 melanda, meraih predikat "obat ajaib" dan penolong dunia. Tapi eforia hanya berlangsung singkat. Riset WHO menunjukkan obat ini tidak punya efek positif, bahkan riset terbaru menunjukkan, penggunaan obat itu bisa diasosiasikan dengan kenaikan tingkat mortalitas hingga 11%.

Dalam sebuah penelitian terbaru, penulis riset mengkaitkan pemberian Hydroxychloroquine dengan 17.000 kasus kematian pasien Covid. "Walaupun estimasi kami terbatas oleh ketidak presisian, namun temuan ini menggambarkan bahaya dari pengalihfungsian obat dengan bukti yang sangat kecil dan terbatas."

Secara gampangnya, mereka mengimbau para dokter untuk mengkaji bukti, bahkan saat situasi panik.

Hydroxychloroquine adalah obat yang digunakan melawan malaria dalam beberapa dekade terakhir. Obat ini bekerja mereduksi rasa sakit dan peradangan. Dalam beberapa tahun terakhir, obat ini juga digunakan untuk terapi penyakit auto imun seperti lupus. Khasiatnya sebagai antiperadangan, terbukti mengurangi dosis tinggi obat lupus.

Hydroxychloroquine atas dikenal dengan HCQ pada dasarnya adalah obat yang aman, bahkan untuk penggunaan jangka panjang. "Itu sebabnya, obat itu bahkan dipertimbangkan sebagai pengobatan Covid secara luas," ujar Soumya Swaminathan, mantan kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia-WHO, kepada DW.

Baca juga: 2 Tentara Navy SEAL Hilang Usai Misi Malam di Lepas Pantai Somalia

"Walau begitu, uji coba oleh WHO menunjukkan tidak ada hasil positif, hingga kami tidak merekomendasikan penggunakan obat itu saat pandemi. Saat itu kami tidak mengamati adanya kaitan dengan meningkatnya kasus kematian, karena sampel kami sangat kecil. Kita perlu data besar untuk riset semacam itu," ujar Swaminathan.

"Obat Ajaib" versi Donald Trump

Presiden AS saat itu Donald Trump yang menyebut HCQ sebagai obat ajaib. Sejumlah pemimpin negara mengikuti Trump, dengan menimbun obat antimalaria itu dalam jumlah besar dan memicu naik drastisnya penjualan global. Bahkan beberapa negara memerintahkan petugas kesehatannya mengkonsumsi obat itu tiap hari sebagai tindakan preventif terhadap virus corona.

"Padahal HCQ yang sejatinya obat antimalaria justru menurunkan reaksi imun tubuh, jika dikonsumsi secara berlebihan. Itu alasannya mengapa obat ini terutama diberikan kepada pasien Covid-19 kasus pertama, tujuannya adalah untuk menekan badai sitokin," kata Dr Subarna Goswami, ahli kesehatan publik dari India.

Harapan muluk itu sirna, setelah lembaga pengawas makanan dan obat-obatan AS-FDA memperingatkan bahaya penggunaan obat ini. Juga WHO menghentikan pengobatan dengan hydroxychloroquine, karena tidak menemukan hasil positif.

Baca juga: Piala Asia 2024: UAE Diprediksi Menang Mudah 3-0 atas Hong Kong di Grup C

Efek merugikan hydroxychloroquine pada pasien Covid

Analisis terhadap 96.000 pasien pada 2020 menunjukkan, mereka yang diberi pengobatan hydroxychloroquine melaporkan gangguan detak jantung dan sistem pencernaan. Publikasi hasil riset di jurnal ilmiah Lancet memicu dihentikannya pemberian obat antimalaria ini untuk pasien Covid.

Riset yang dilakukan baru-baru ini, yang mengkaitkan 17.000 kematian pasien Covid, merupakan kajian sistematis terhadap sejumlah riset yang dilakukan di AS, Prancis, Belgia, Italia, Spanyol, dan Turki. Kajian sistematis biasanya lebih dapat dipercaya, karena menggunakan data dari banyak laporan ilmiah.

"Walaupun demikian, kita tidak daat mengumpulkan bukti secara historis, karena pasiennya sudah meninggal," kata Dr Goswami. "Kami hanya bisa mengatakan, peningkatan mortalitas itu diamati pada pasien yang mendapat pengobatan HCQ," kata pakar kesehatan publik dari India itu.

Sementara pakar WHO Dr Swaminathan mengatakan, obat semacam hydroxychloroquine memang diyakini aman untuk penyakit tertentu. "Tapi pelajaran yang dapat kita tarik dari pandemi Covid adalah, semua pihak harus meningkatkan kesiagaan menghadapi situasi serupa ini di masa depan. Jika diperlukan, kita harus mampu melakukan ujicoba obat yang ada terhadap manusia, tanpa hambatan apapun," pungkasnya.**