Helo Timor Leste

Ada 48 Juta Ton Makanan Mubazir Senilai Rp551 Triliun di Indonesia

Satwika Rumeksa - Ragam
Jumat, 28 Jul 2023 15:21
    Bagikan  
Sampah
Istimewa

Sampah - Makanan mubazir jadi sampah

HELOTIMORLESTE.COM - Pemborosan makanan menurut Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap besarnya perilaku pemborosan makanan di Indonesia hingga membuat kerugian.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2000-2019, Indonesia menghasilkan 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Makanan di sini adalah makanan yang tidak dimakan karena kelebihan pasokan.

Seharusnya menurut Arief jutaan ton sampah makanan tersebut dapat menghidupi 61-125 juta orang atau 29-47 persen populasi rakyat Indonesia.

Baca juga: Berikut Kejanggalan Narasi Tewasnya Poliisi di Bogor, Mirip Sambo Jilid II

Sedangkan secara ekonomi, food loss and waste telah mengakibatkan kerugian sekitar Rp551 triliun atau setara dengan US$36,6 miliar.

"Dengan estimasi kerugian yang ditimbulkan dari adanya sampah pangan tersebut, tentunya harus kita cegah dengan memanfaatkan pangan yang berpotensi terbuang melalui gerakan stop boros pangan. Gerakan ini harus menjadi gerakan kita bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi FAO telah mengingatkan bahwa saat ini kita menghadapi ancaman krisis pangan global," ujarnya ditulis Jumat (28/07).

Baca juga: Drawing Putaran ke-2 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Timor Leste Ditunggu Harimau Malaya 

"Karena itu kita memerlukan kolaborasi global dalam upaya menekan food loss and waste mengingat dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi," ungkapnya.

Arief juga menjelaskan berdasarkan mata rantai produksi pangan, poin terbesar yang berpengaruh dalam food loss and waste terjadi pada tahap konsumsi.

Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam merumuskan kebijakan pemerintah dalam menangani food loss and waste secara efektif.

Arief memaparkan sejumlah strategi mencegah food loss and waste antara lain dengan membuat platform dan berkolaborasi lintas sektor yang melibatkan tiga kelompok pelaku.

Kelompok pertama adalah penyedia makanan/donator yang meliputi restoran, hotel dan retail dan penjual makanan lainnya.

Kelompok kedua adalah organisasi sosial yang menjadi food hub yang bertugas dalam menghubungkan penyedia/donor makanan dengan kelompok penerima, seperti FoodBank of Indonesia, Yayasan Surplus, Badan Amil Zakat Nasional, dan lain-lain.

"Kelompok terakhir adalah kelompok penerima manfaat yang tengah menghadapi masalah kekurangan pangan di antaranya anak-anak, lansia, panti asuhan dan pihak-pihak yang membutuhkan," ungkapnya.

Baca juga: Terima Uang Fee Proyek Rp 88,3 Miliar, Marsma Henri Alfiandi: Untuk Dana Operasional Kantor!

Lebih lanjut, pemerintah Indonesia juga menyediakan dan memfasilitasi kendaraan logistik pangan untuk pendistribusian pangan berlebih dari pendonor ke penerima manfaat.

Tidak kurang dari 27 ton pangan berlebih telah didistribusikan kepada kelompok penerima manfaat di Jakarta sepanjang Desember 2022-Februari 2023.

"Ini tentunya akan kita perluas ke berbagai wilayah sehingga gerakan ini terus bergulir dan berdampak positif pada ketahanan pangan kita." ujar Arief.

Selain itu, pemerintah melalui NFA juga mendorong gerakan nasional yang disebut "Stop Boros Pangan/Stop Food Waste" untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang food loss and waste.

Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mewaspadai ancaman krisis pangan salah satunya dengan menekan food loss and waste.**