HELOTIMORLESTE.COM - Statistik baru mengungkapkan bahwa lebih dari separuh wanita “menganggap seks tidak memuaskan”.
"Pria orgasme hampir 100% dari waktu sedangkan ada kesenjangan orgasme yang besar untuk wanita," kata Dr Raelia Lew, salah satu pendiri Lovers, merek perawatan intim, kepada Yahoo Lifestyle.
Dia mengatakan sementara wanita sering digambarkan sebagai "penyenang kesenangan" atau "penyedia kesenangan", tidak mengherankan jika banyak yang tidak menikmati diri mereka sendiri di bawah selimut.
Dalam survei terhadap 1.000 wanita, Lovers menemukan bahwa satu dari empat mengalami rasa sakit saat berhubungan seks, satu dari tiga melaporkan libido rendah dan satu dari 20 menderita vaginismus, suatu kondisi yang menyebabkan otot-otot di sekitar vagina sering berkontraksi tanpa sadar selama penetrasi.
Baca juga: Setelah Xanana Menang Begini Gambaran Masa Depan Timor Leste
Tetapi sebagai seorang ginekolog dan ahli kesuburan dengan pengalaman hampir 20 tahun, Dr Lew yakin dia menemukan jawaban untuk seks yang memuaskan, dengan menerapkan prinsip-prinsip medis - dan ganja - untuk pelumasan wanita.
Dingin tanpa mabok
Diekstraksi dari ganja dengan kekuatan 1 persen dan dipekatkan dalam minyak murni, cannabidiol atau CBD terdaftar sebagai bahan aktif di salah satu pelumas Lovers.
“Ini adalah turunan cannabinoid tetapi dimurnikan dan bukan THC [senyawa psikoaktif utama ganja] sehingga tidak membuat Anda mabuk,” kata Dr Lew. "Kami menyebutnya dingin tanpa tinggi."
Sebaliknya itu membantu wanita dalam "relaksasi seksual" dengan mengurangi ambang orgasme dan memutus siklus kecemasan dan nyeri seksual yang diderita beberapa wanita karena kondisi vagina.
“Manfaatnya adalah mencoba membantu seseorang mendapatkan orgasme yang lebih baik, atau lebih mudah mencapai orgasme,” jelas ginekolog tersebut.
Baca juga: Kemenangan CNRT Menjadi Harapan Baru Komunitas Olahraga Timor Leste, ini Ungkapan Mereka
“Tapi itu juga bisa sangat berguna bagi wanita yang memiliki tingkat kecemasan tinggi seputar seks karena kondisi seperti vaginismus atau nyeri seksual terkait endometriosis.”**