Helo Timor Leste

Dani Ardianto Pemain Asing Timor Leste, Perjalanan Sulit Tidur di Pinggir Lapangan Demi Seleksi di Bali United

Dodo Hawe - Olahraga
Minggu, 11 Jun 2023 12:28
    Bagikan  
PERJUANGAN
instagram @daniardianto.02

PERJUANGAN - Pemain Indonesia yang merumput di Timor Leste, Dani Ardianto menceritakan kisahnya yang penuh lika liku.

HELOTIMORLESTE.COM - Pemain asing Indonesia di Timor Leste, Dani Ardianto, tetap masih punya impian bermain di Liga 1 Indonesia, meskipun banyak tawaran di Timor Leste.

Bermain di Liga 1 memang menjadi impian semua pemain bola di Indonesia, termasuk kebanyakan pemain di Liga Timorense, Timor Leste juga.

Kesuksesan Dani Ardianto menjadi pemain profesional yang sekarang menjadi pemain asing Indonesia di Timor Leste ternyata memiliki liku-liku perjalanan yang tidak mudah, serta penuh dengan perjuangan.

"Impian Dani dulu jadi pemain bola profesional, banyak yang tidak percaya, orang tua saya tidak percaya, semua orang tidak percaya, bahkan pelatih di kampung saya sendiri juga tidak percaya," kata Dani mengisahkan perjalanan hidupnya.

Mereka tidak percaya, karena mereka menganggap Dani tidak bisa bermain bola, tidak pernah main di SSB (Sekolah Sepak Bola), ia hanyalah berlatih di sepak bola kampung di pinggir pantai.

Meski kemudian dirinya juga bergabung dengan SSB kampung yang tidak pernah dilihat seperti SSB lainnya di kota-kota.

Baca juga: Gali Freitas Bangga Menjadi Satu-satunya Orang Timor Leste yang Bemain di Liga 1 Indonesia

"Meskipun seperti itu, saya tidak masalah saya hanya bisa fokus dan terus berlatih, tujuan saya hanya satu, saya hanya ingin bisa main bola di liga profesional," kata Dani penuh semangat.

Semua semua orang disekitarnya menertawakannya, meremehkan, bahkan mencaci mengoloknya, maklum dirinya memang anak nelayan miskin yang jauh dari dunia sepakbola di ujung wilayah Jember.

"Yang saya lakukan hanyalah bisa lari setiap hari menuju ke lapangan yang jaraknya 8 km dari rumah, saya pegang sepatu lalu saya pergi ke lapangan," katanya mengenang.

Dani menjelaskan saat itu, setiap dirinya hendak pergi latihan ia selalu berlari, karena merasa tidak memiliki bakat bermain bola bagus dibanding teman-teman yang kebanyakan mendapat dukungan orang tua.

"Saya mau beli sepatu tidak mampu. Dengan kaki telanjang ia pun berlatih sepakbola di pantai. Karena rumah saya, dekat pantai saya latihan pun ke banyakan latihan sepak bola di pantai," ungkap Dani.

Pria asli anak pantai Watu Ulo, Jember ini kemudian bersama teman-teman sebanya atau bahkan bersama pengujung wisatawan bermain sepak bola di pingir pantai yang berada di belakang rumahnya.

Baca juga: Ini Alasan Pemain Asing Timor Leste Asal Indonesia, Tetap Pilih Bermain di Liga Indonesia

"Saya bukan anaknya orang kaya, saya hanya bisa mengandalkan semangat saja, namun ia bisa nambah latihan sehari 3 kali. Pagi jam setengah lima saya bangun, saya hanya minum air putih lalu lari di belakang rumah ada pantai, hingga jam 06.00 selesai," kata Dani.

Dalam kesehariannya dani hanya mengandalkan naik sepeda kemana-mana, khususnya untuk pergi kesekolah yang jaraknya sekitar 15 km, setiap hari ia lakoni, demi menuntut ilmu di luar sepakbola.

Karena kondisi Dani yang serba paspasan justru membuatnya penuh disiplin dan rasa tanggungjawab, ia harus bisa membagi antara jam sekolah dengan berlatih olahraga, membentuk fisik yang bagus.

"Naik sepeda setiap hari 12 km hingga 16 km pulang pergi. Itupun pulang sekaloh sampai rumah, saya tidak makan. Saya pergi latian lari lagi jam 1,5 jam, saya istirahat bentar, kemudian pukul 15.00 dilanjutkan dengan bermain bola," katanya.

Dimulai sekitar tahun 2028/2009 Dani Ardianto kemudian bergabung dengan SSB Putra Samudra, merupakan sekolah sepak bola kampung di Desa Sumberejo, Ambulu.

Baca juga: Gali Freitas Bangga Menjadi Satu-satunya Orang Timor Leste yang Bemain di Liga 1 Indonesia

Disela-sela kesibukan diluar sekolah sekitar pukul 15:00 Dani dengan tekun berlatih sepakbola bersama SSB Putra Samudra di kampung ini, dengan naik sepeda ontel.

Jika saat itu usianya masih 15 tahun yang kebanyakan teman-temannya hanya fokus bermain, Dani mengaku tidak tertarik bermain bersama teman kampung, namun ia memilih bermain sepakbola di SSB di dekat kampunganya itu.

Namun pada saat itu bagi Dani Ardianto, justru berfikiran beda dengan teman-temannya ia tetap menginginkan berlatih lari dan bermain bola.

Di SSB Putra Samudra, pria kelahiran 28 November 1999 ini, dibesarkan dan dilatih oleh Turiman Efendi, seorang pelatih sepakbola lokal dari Ambulu, yang sehari-hari melatih anak SSB Putra Samudra.

Mereka dilatih dan digembleng dengan fasilitas seadanya, boleh dibilang tidak memadai seperti untuk melatih saja menggunakan batok kepala untuk pembatasnya.

Namun untuk membuktikan kemampuannya kemudian Dani bergabung di SSB Glory Putra Ambulu yang jaraknya lebih jauh lagi dari rumahnya, dengan berlatih seminggu 2 kali latihan.

Baca juga: Bikin Penasaran! Tebak ini Tangan Siapa, PSIS Semarang Masih Menyembunyikan Sosok Paulo Gali Freitas

"Dengan bermodalkan nekat dan semangat, saya akhirnya ikut seleksi dan diterima di SSB Kota Ambulu di Jember. Meskipun saya gak bisa mian bola kayak teman yang lainnya, yang sekilnya ra-rata sudah bagus, tetapi saya hanya bisa berlatih dan tidak lupa tujuanku menjadi pemain bola profesional," ungkap Dani yang sekarang masih menginginkan bermain di Loga 1 Indonesia.

Setelah diterima di SSB Glory Putra Ambulu, Jember, ternyata masalah baru menghadapi Dani, yakni masalah transportasi yang jaraknya 15 km dari rumahnya.

"Saya setiap latihan ke kota tidak punya kendaraan, apa lagi orang tua saya sibuk sebagai nelayan untuk mencari ikan di laut lepas, otomatis saya tidak pernah diperhatikan, namun saya tetap selalu latihan ke kota yang jaraknya 15 km itu," kata Dani menjelaskan.

Meskipun tidak memiliki fasilitas transprotasi, untuk menuju ke Kota Ambulu, Jember, rupanya Dani tidak kehilangan akal, ia menumpang kepada semua orang yang lewat di jalan.

"Saya selalu menunggu orang di pinggir jalan untuk mencari tumpangan untuk pergi ke kota, itupun siapa saja, orang ngantar barang, orang mancing yang arahnya ke kota saya pun menghentikannya, supaya saya dapat tumpangan untuk latihan SSB di kota," jelas Dani.

Dani tidak tidak pernah fikirkan untuk pulangnya setelah latihan sepak bola nanti naik apa, yang penting datang dulu ke tempat latihan, masalah pulang jalan kaki atau tidak dapat tumpangan itu bukan masalah baginya.

Suka duka hidup sengsara di masa perjuangan saat menuju kesuksesan yang dialami anak nelayan asal Jember ini ternyata penuh dengan lika liku, penuh dengan kesengsaraan dan perjuangan hidupnya.

Baca juga: Sosok Kontroversial Gali Freitas, Anak Muda Timor Leste, kini Bermain di Liga 1 Indonesia

"Sayapun dulu pernah ikut sleksi Borneo FC di Malang, saya tidak lolos, di Malang saya tidur di Polsek Lawang Malang, makan pun dikasi orang," kenangnya.

Tidak selesai di situ, kata Dani ketika tidak lolos seleksi, sesampai rumah justru tidak dibesarkan hatinya, tetapi malah dicaci maki sama orang di sekitarnya, bahkan di lapangan pun teman-temannya memaki-maki.

Namun beruntung Dani tidak patah semangat, ia tidak pernah mendengarkan kata-kata orang lain, apalagi cacian mereka itu, dia sudah kebal dengan cacian itu.

Meski demikan kadang-kadang membayangkan ingin seperti teman-temannya yang lain, di lapangan mereka diantar orang tuav datang mebawakan air untuk anak-anaknya dan selalu menyemangati meraka.

"Saya pun terkadang berfikir, semua orang tua mereka menyemangati mereka di pinggir lapangan, saya kok tidak, tapi saya sadar itu. Saya bukan anaknya orang punya, tapi saya anak orang nelayan, saya harus mencapai apa yang saya impikan," katanya.

Pada suatu saat ibunya berbicara dengan Dani, agar ikut membantu berjualan ikan di pasar bersama sang ibu, kemudian ia pun sepakat dan mengikuti ajakkan ibunya.

"Kamu ikut saya jualan ikan di pasar, jam 2 malam berangkat, saya pun ikut bantu jualan ikan di pasar dan pulang jualan ikan saya selalu parkir di dekat pantai, saya tidak berfikir malu, yang penting saya bisa nabung sedikit, untuk mengumpulkan uang lagi, untuk mengikuti seleksi di Bali United," kenang Dani.

Dari hasil membantu sang ibu akhirnya Dani bisa mendapatkan uang dari jerih payahnya membantu sang ibu jualan ikan di pasar itu.

Sedikit demi sedikit uang pemberian ibunya itu, dikumpulkan dengan cara menabung dan akhirnya terkumpul hingga Dani memberanikan diri berangkat mengikuti seleksi ke Bali United di pulau Bali.

Baca juga: Fakta Sungai di Timor Leste Mengalir, Kawasan Selatan Lebih Melimpah Air di Banding Utara

Setelah perjalanan panjang menggunakan Bus dari kampung halamannya di Jember kemudian Dani menuju markas Bali United di Kuta Bali.

Sayangnya Dani tidak memiliki sanak saudara di sana, iapun kemudian mencari tempat untuk istirahat di sekitar Lapangan Trisakti, Kuta Bali, dengan tidur seadanya di dekat lapangan untuk lokasi seleksi.

"Saya tidak punya banyak uang, makan pun 1 hari hanya 2 kali, itupun saya makan hanya nasi sama telur goreng saja, bagi saya sudah nikmat, saya pun paginya mengikuti pendaftaran mengisi formulir, dari situ saya bermasalah, karna di sleksi itu hanya orang panggilan yang mendapat surat rekomendasi," jelas Dani bersemangat.

Namun karena keinginanya sudah membara, Dani kemudian memberanikan diri untu memohon diizinkan mengkuti seleksi, meskipun tanpa surat rekomendasi.

"Saya tidak punya surat rekomendasi itu, saya pun memohon izin, untuk mengikuti sleksi itu, alhamdulilah diizinkan dan hasilnya saya lolos dari ribuan peserta, hingga sampai sekarang alhamdulilah saya apa yang saya impikan terwujud," ungkap Dani .

Diakhir pembicaraan Dani berpesan kepada anak-anak muda untuk untuk terus berusaha keras jika menginginkan sesuatu cita-citanya, tanpa kerja keras mustahil akan bisa tercapai.

"Saya berpesan teruslah berusaha meskipun kamu bukan orang yang di nomer 1, tetapi punya ke inginan yang lebih untuk jadi sukses," pesan Dani Ardianto yang kini sedang mencari klub Liga 1 Indonesia untuk bergabung, sebelum ia memutuskan ke Timor Leste. **