Helo Timor Leste

Orang Indonesia Gemar Main Air, Tapi Banyak Meninggal karena Tenggelam

Satwika Rumeksa - Olahraga
Kamis, 27 Jul 2023 14:38
    Bagikan  
Renang
Istimewa

Renang - Renang adalah skill dasar yang harus dikuasai untuk bertahan hidup

HELOTIMORLESTE.COM - Banyak orang dan anak-anak gemar bermain air, aplagi dalam cuaca panas seperti ini mendinginkan badan dan bermain jadi pilihan terutama anak-anak.

Kendati demikian kejadian meninggal akibat tenggelam ternyata menjadi 1 dari 10 penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan orang dewasa muda berusia 1-24 tahun di seluruh dunia.

Catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 235.000 orang meninggal dunia karena tenggelam pada 2019. Untuk mencegah kecelakaan ini, WHO pun menetapkan tanggal 25 Juli sebagai hari pencegahan tenggelam sedunia.

Lebih dari 90 persen kematian akibat tenggelam terjadi di sungai, danau, dan sumur. Menariknya, lebih dari 60 persen dari semua kematian akibat tenggelam itu terjadi di wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Laporan Global Report on Drowning: Preventing a Leading Killer oleh WHO menunjukkan, angka kematian akibat tenggelam di wilayah ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata global, baik untuk pria maupun wanita di setiap kelompok umur.

Baca juga: Pemuda Ini Berkeinginan Menjadi TNI karena Amanat Orangtua

Bahaya yang ditimbulkan akibat tenggelam tidak selalu berujung kematian. Pada kasus tidak fatal, tenggelam dapat menyebabkan cedera otak hipoksik-iskemik yang dapat mengakibatkan disabilitas jangka panjang, mulai dari masalah ingatan dan ketidakmampuan belajar, hingga hilangnya fungsi dasar secara total.

Di Indonesia, kematian akibat tenggelam mencapai 4,3 persen penyebab kematian pada anak usia 1-4 tahun dan 6,8% pada anak 5-14 tahun. Tantangan pencegahan semakin tinggi lantaran Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, laut, dan pantai.

Sebagai antisipasi tenggelam, kemampuan berenang sangat dibutuhkan. Kemampuan berenang juga disebut basic life skill atau kemampuan dasar untuk bertahan hidup, seperti diungkapkan oleh mantan atlet renang Richard Sam Bera.

"Orang Indonesia itu kebanyakan suka main air, tapi banyak yang tidak bisa berenang. Seharusnya pendidikan renang ini menjadi sebuah basic life skill karena jika terjadi satu kali kebutuhan, maka akan sangat menentukan.
Misalnya, suatu kali anak tenggelam dan jika dia tidak bisa berenang atau tidak ada yang menyelamatkannya, akan fatal akibatnya," ucap Richard kepada DW Indonesia.

Richard juga mengungkapkan sebenarnya cukup ironis melihat fakta tak semua orang Indonesia bisa berenang, meski Indonesia adalah negara kepulauan.

"Ironis, kita negara maritim kelautan tapi kemampuan renang warganya masih rendah. Akan tetapi, kita juga harus sadar kalau kondisi alam itu tidak semata-mata membuat orangnya jadi jago renang. Renang itu juga harus dilatih secara sistematis lewat pelatihan," kata pria yang pernah menjadi perenang termuda Indonesia di Olimpiade musim panas di Seoul, Korea Selatan, pada 1988.

Salah satu cara paling mudah untuk memperkenalkan renang kepada anak-anak adalah lewat pendidikan di sekolah. Sebenarnya di sekolah, renang termasuk dalam pelajaran olahraga. Namun sayangnya belum jadi mata pelajaran wajib. Richard pun menyayangkan minimnya infrastruktur untuk berlatih renang.

Hal senada diungkapkan oleh MM Sri Retnaningsih, guru kelas renang privat di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Perempuan yang disapa Naning ini menjadi guru privat usai pensiun sebagai guru olahraga di salah satu sekolah swasta di area tersebut.

Baca juga: Sinead OConnor Tutup Usia Belum Diketahui Penyebabnya, Mengubah Nama Menjadi Suhada Sadaqat

Selama menjadi guru olahraga sejak tahun 1995-2021, Naning mengungkapkan bahwa sebenarnya renang memang menjadi salah satu bagian dari pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani.

"Kurikulumnya sih ada, tapi pelaksanaannya tergantung sekolah. Karena tidak semua sekolah itu punya kolam renang atau bisa sewa kolam renang, jadi bukan hal yang wajib. Kalau sekolahnya mampu, ya silakan. Kalau tidak mampu ya tidak maksa. Tapi ada baiknya setidaknya sebulan sekali bisa ada pelajarannya, meski harus sewa kolam," katanya kepada DW Indonesia.**