HELOTIMORLESTE.COM - Perwakilan Tahta Suci di Timor-Leste, Monseñor Marco Sprizzi melakukan pembahasan dengan Menteri Pendidikan, Dulce de Jesus Soares terkait penerapan program makanan sekolah bagi sekolah-sekolah Katolik di Timor Leste yang belum terlaksana.
Monseñor Marco Sprizzi mengatakan bahwa pertemuan tersebut membahas kepentingan Kementerian Pendidikan, khususnya siswa dalam program pemberian makanan di sekolah.
"Program ini sangat penting agar semua pelajar di negara ini dapat mengaksesnya, karena mereka semua memiliki hak yang sama," kata Perwakilan Takhta Suci di Timor-Leste, Monseñor Marco Sprizzi, kepada wartawan di aula Kementerian Pendidikan di Dili, Selasa (16/4/2024).
Baca juga: Cerita Prabowo Subianto Melihat Program Makan Siang Gratis di Beijing, China
Seperti kita ketahui Pemerintah Timor Leste telah memberikan program makan gratis kepada anak-anak sekolah dasar, namun sejumlah sekolahs eperti sekolah Katolik saat ini belum mendapatkan fasilitas itu.
Menurut Monseñor Marco Sprizzi dalam pertemuan itu juga membahas bagaimana menerapkan dokumen Fraternidade Umana dalam kurikulum nasional di sekolah.
"Kami juga membahas dokumen Fraternidade Umana yang diterima Parlemen Timor Timur sebagai dokumen nasional, termasuk KONEKTIL (Dewan Nasional Pendidikan Katolik Timor-Leste), organ Episkopal yang kompeten, untuk dilibatkan dalam kurikulum sehingga siswa dapat hidup dengan semangat persaudaraan," kata Monseñor Sprizzi.
Baca juga: Ada Program Makan di Sekolah di Timor Leste untuk Memperbaiki Gizi Anak-anak
Sementara Menteri Pendidikan Dulce de Jesus Soares menegaskan, dalam pertemuan tersebut mereka membicarakan program pemberian makan di sekolah yang belum diterapkan di banyak sekolah Katolik.
"Ya, saat ini banyak sekolah Katolik yang belum menerima program pemberian makanan sekolah sendiri. Oleh karena itu kami membahas bagaimana menerapkan program pemberian makanan sekolah di sekolah-sekolah Katolik yang belum menerimanya," kata
Program pemberian makanan di sekolah jelas menjadi tanggungjawab Kementerian Tata Usaha Negara, namun dari segi siswa berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan.
Baca juga: Amerika Sudah Terapkan Makan di Sekolah Gratis, Indonesia Masih Pro Kontra
Oleh karena itu, mereka bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan KONEKTIL dalam pendataan siswa dan bekerja sama dengan MAE dalam mencari solusi permasalahan tersebut, kata Mendikbud.
Menteri Dulce menjelaskan, Kementerian Pendidikan saat ini sedang dalam proses merevisi kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah siklus III, dan sudah mulai mempertimbangkan bagaimana memasukkan materi pelajaran ke dalam dokumen persaudaraan manusia.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada KONEKTIL yang telah berhasil memasukkan materi pelajaran dalam dokumen Persaudaraan Kemanusiaan, seperti mata pelajaran agama untuk kelas 10, termasuk mata pelajaran yang berkaitan dengan kartu Episkopal seperti Fratteli Tutti, Laudato Si, yang sudah ditambahkan pada beberapa buku referensi," pungkasnya. **