Helo Timor Leste

Nasi Putih, Telur dan Kopi Menganung Bahan Kimia Tertinggi

Satwika Rumeksa - Ragam -> Kesehatan
Sabtu, 6 Jul 2024 16:04
    Bagikan  
Kopi Timor
Real Features/Cedric Arnold

Kopi Timor - Kopi Timor Leste menggabungkan Arabika dan Robusta

HELOTIMORLESTE.COM - Penelitian baru yang bertujuan mengidentifikasi makanan yang mengandung PFAS tingkat tinggi menemukan orang yang makan lebih banyak nasi putih, kopi, telur, dan makanan laut biasanya menunjukkan lebih banyak bahan kimia beracun dalam plasma dan ASI mereka.

Studi ini memeriksa sampel dari 3.000 ibu hamil, dan merupakan salah satu penelitian pertama yang menunjukkan bahwa kopi dan nasi putih mungkin terkontaminasi pada tingkat yang lebih tinggi daripada makanan lain. Studi ini juga mengidentifikasi hubungan antara konsumsi daging merah dan kadar PFOS, salah satu senyawa PFAS yang paling umum dan berbahaya.

Penulis mengatakan temuan tersebut menyoroti keberadaan bahan kimia tersebut di mana-mana dan berbagai cara bahan kimia tersebut dapat berakhir dalam pasokan makanan.

"Hasilnya jelas menunjukkan perlunya pengelolaan lingkungan, dan menjauhkan PFAS dari lingkungan dan rantai makanan," kata Megan Romano, peneliti Dartmouth dan penulis utama. "Sekarang kita berada dalam situasi di mana PFAS ada di mana-mana dan akan tetap ada bahkan jika kita melakukan pemulihan yang agresif."

Baca juga: Utang 800 T, Program IKN dan Makan Siang Gratis Tidak Ada Kendala Pendanaan

PFAS adalah golongan sekitar 16.000 senyawa yang digunakan untuk membuat produk yang tahan air, noda, dan panas. Senyawa ini disebut "bahan kimia abadi" karena tidak terurai secara alami dan telah ditemukan terakumulasi dalam tubuh manusia. Bahan kimia ini dikaitkan dengan kanker, cacat lahir, penyakit hati, penyakit tiroid, penurunan jumlah sperma, dan berbagai masalah kesehatan serius lainnya.

Meskipun regulator telah berfokus pada pengendalian polusi dalam air, makanan dianggap sebagai jalur paparan yang paling umum. Akan tetapi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menuai kritik atas apa yang dikatakan sebagian orang sebagai kegagalan melindungi pasokan makanan nasional. Di antara kontroversi lainnya, badan tersebut mengubah metode pengujiannya agar makanan yang diuji tampak tidak mengandung PFAS, padahal sebenarnya mengandung apa yang menurut banyak pendukungnya sebagai kadar yang mengkhawatirkan.

PFAS dapat mencemari makanan melalui sejumlah jalur. Pada beras, para peneliti menduga zat ini berasal dari tanah atau air pertanian yang terkontaminasi. Peralatan masak antilengket juga sering mengandung bahan kimia ini, atau bisa juga terdapat dalam air yang digunakan untuk memasak.

Para peneliti menemukan kadar PFAS yang lebih tinggi terkait dengan telur dari ayam yang dipelihara di halaman belakang, yang menurut Romano dapat dikaitkan dengan ayam yang lebih sering diberi makan sisa makanan. Lumpur limbah yang tercemar PFAS, yang digunakan sebagai alternatif pupuk yang murah, juga dapat mencemari tanah tempat ayam mencari makan, dan telah ditemukan mencemari daging sapi. . Bahan kimia tersebut juga dapat ditemukan dalam pakan burung.

Baca juga: Kabupaten PPU IKN Bakal Punya Sistem Pertanian Pintar Organik dari Korea Selatan

Pada kopi, para peneliti menduga bahwa biji kopi, air yang digunakan untuk menyeduh, atau tanah dapat terkontaminasi. Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa penyaring kopi diolah dengan PFAS, dan gelas kertas atau kemasan makanan lainnya juga umumnya mengandung bahan kimia tersebut.

Sementara itu, makanan laut sering ditemukan terkontaminasi PFAS karena polusi air sangat luas.

Para pendukung kesehatan masyarakat mengatakan pelarangan penggunaan bahan kimia kecuali untuk keperluan penting adalah satu-satunya cara untuk mulai mengatasi masalah ini secara luas. Romano mengatakan penelitian tersebut menemukan bahwa pola makan yang kaya buah, biji-bijian utuh, dan serat makanan yang lebih tinggi dikaitkan dengan kadar PFAS yang lebih rendah, dan mengonsumsi makanan yang bervariasi sehingga tidak ada satu sumber protein pun yang mengandung terlalu banyak asupan merupakan hal yang bermanfaat.

“Itu membantu Anda tidak hanya mengurangi paparan terhadap PFAS tetapi juga kontaminan lain yang mungkin kita antisipasi ada dalam makanan,” kata Romano.