Helo Timor Leste

Warga Timor Leste Diingatkan Jangan Bawa Anjing Jika Melintas Batas ke Indonesia yang Sedang Dilandan Wabah Rabies

Satwika Rumeksa - Nasional
Senin, 5 Jun 2023 22:25
    Bagikan  
ASU
Kementerian Pertanian RI

ASU - Suntikan vaksinasi cegah rabies

HELOTIMORLESTE.COM -Domingos Gusmao, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Timor Leste meminta masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan penularan lintas batas akibat wabah Nusa Tenggara Timur.

“Kami peringatkan masyarakat yang selalu melintasi perbatasan untuk tidak membawa anjing,” katanya.

“Walaupun tidak ada tanda-tanda terjangkit rabies, bisa saja mereka tertular, karena masa inkubasinya cukup lama,” tambahnya.

Peringatan itu diberikan mengantisipasi wabah rabies di NTT Indonesia sebuah provinsi mayoritas Kristen di Indonesia sedang berjuang untuk mencegah penyebaran wabah rabies, meningkatkan kewaspadaan di negara tetangga Timor Leste yang mayoritas Katolik.

Pemerintah Nusa Tenggara Timur telah melaporkan bahwa penyakit virus yang sering ditularkan melalui gigitan hewan rabies seperti anjing dan kucing ini menyebar di provinsi yang berbatasan dengan Timor Leste itu.

Baca juga: Presiden Ramos Horta: Beberapa Negara Berpikiran Sempit Melihat China Sebagai Ancaman

Penyakit itu menyebabkan dua kematian, termasuk seorang gadis berusia delapan tahun, di Nusa Tenggara Timur dalam sepekan terakhir, sementara pulau tetangga Flores disiagakan setelah wabah tersebut.

Provinsi ini telah mencatat total lima kematian sepanjang tahun ini dari 11 kasus di seluruh negeri.

Melky Angsar, kepala divisi kesehatan hewan provinsi, mengatakan bahwa 139 orang telah digigit anjing, diduga terinfeksi rabies, sepanjang tahun ini.

Kasus terbanyak dilaporkan di 43 desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Di Nusa Tenggara Timur, dengan populasi 5,5 juta jiwa—hampir 90 persen di antaranya beragama Kristen—banyak keluarga yang memelihara anjing, yang dibiarkan bebas berkeliaran.

Selain menjaga rumah, anjing juga membantu berburu babi hutan yang dimakan saat festival adat.

Pemimpin gereja di daerah tersebut telah bergandengan tangan dengan pemerintah dalam menyebarkan kesadaran tentang rabies.

Baca juga: Jalan Sabuk Merah Buka Wilayah Terisolir di Perbatasan Timor Leste

Dalam Misa Minggu di Gereja Katolik St. Joseph Penfui di Kupang, ibu kota provinsi, pada 4 Juni, pastor paroki Pastor Andreas Sikka meminta umat Katolik untuk menambatkan atau mengurung anjing mereka.

"Anda pilih, mati karena digigit anjing gila, atau anjing itu ditahan demi keselamatan Anda dan masyarakat sekitar," kata imam itu.

Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Indonesia, mengatakan 95 persen kasus rabies pada manusia di Indonesia disebabkan oleh anjing yang terinfeksi.

“Rabies merupakan tantangan besar di Indonesia karena dalam tiga tahun terakhir rata-rata lebih dari 80.000 kasus gigitan per tahun dan rata-rata 68 kematian,” katanya saat konferensi pers, 2 Juni.

Pambudi mengatakan, 26 dari 38 provinsi di Indonesia tercatat endemik rabies.

Dia mengatakan sebagian besar kematian disebabkan oleh keterlambatan dalam mencari suntikan vaksin.

Kementerian Pertanian sedang melakukan vaksinasi massal anjing di Nusa Tenggara Timur dengan alokasi 20.000 dosis sejak 1 Juni.

“Mudah-mudahan ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan rabies dengan tidak membiarkan anjing berkeliaran di luar rumah untuk menekan penyebaran virus rabies,” ujar Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Kesehatan.**