Helo Timor Leste

Pencarian Korban Hilang Erupsi Gunung Marapi Dihentikan Sementara

Satwika Rumeksa - Internasional
Senin, 4 Dec 2023 21:07
    Bagikan  
Erupsi
Antara

Erupsi - Gunung Marapi erupsi menelan 11 korban

HELOTIMORLESTE.COM - Tiga dari 11 korban meninggal yang terjebak saat erupsi Gunung Marapi, berhasil dievakuasi ke Posko Lapangan. "Selanjutnya korban dibawa ke RSUD Dr. Achmad Muchtar [Bukittingi]," kata Juru bicara Basarnas, Arief Pratama dalam keterangan tertulis kepada media, Senin malam (04/12).

Dengan demikian, dari korban yang sejauh ini tercatat pihak berwenang masih terdapat sembilan korban tewas yang belum dievakuasi, dan 12 lainnya masih dalam pencarian.

Arief melanjutkan, delapan korban meninggal saat ini masih dalam proses evakuasi ke Posko. "Malam ini tim masih fokus melakukan evakuasi," katanya.

"Untuk pencarian 12 Orang pendaki yang belum ditemukan dihentikan sementara waktu," lanjut Arief.

Dengan evakuasi per Senin (04/12), artinya sudah terdapat 55 yang dievakuasi, baik yang hidup dan meninggal. Sebagian dari mereka mengalami luka bakar, patah tulang, dan dirawat di rumah sakit di Padang Panjang dan Bukittinggi.

Baca juga: Dipuji FIFA Sukses PD U17, Erick Thorir Langsung Pasang Target Baru, Berkat Kalian Semua Gaes

Evakuasi

Gunung Marapi terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut.

Seorang tim evakuasi Marapi, Syahlul Munal yang berada di lokasi mengatakan, saat ini korban meninggal yang tersisa masih berada di ketinggian "2.000an".

"Ditemukan tim SAR, lokasinya pisah-pisah. Ada yang di pinggir jurang, ada yang di jalur pendakian, ada yang dekat lapangan bola - ini istilahnya lapangan puncaknya," kata Munal kepada BBC News Indonesia, Senin (04/12).

Sejauh ini Tim SAR gabungan memprioritaskan untuk mengevakuasi korban meninggal.

"Kalau yang 12 [hilang] ini, belum bisa dilakukan pencarian karena fokus 11 [meninggal] ini. Tunggu dulu gunung ini agak tenang, ditarik turun," tambah Munal.

Saat ini tim masih berada di posko di atas gunung, dan bekerja secara bergiliran selama 1x24 jam.

Persoalan yang dihadapi, karena saat ini erupsi gunung masih terus berlangsung, dan jalur evakuasi licin.

Baca juga: Albanese akan ‘Terlibat’ dengan Timor Leste ketika Dili Tandatangani Kesepakatan dengan Beijing

"Kita rolling terus. Kalau ada celah untuk gunung nyaman, itu bisa menarik korban meninggal secepat mungkin. Kita berpacu dengan waktu," kata Munal.

Seluruh korban erupsi Marapi adalah pendaki gunung, menurut laporan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat.

Ijin Pendakian

PLH BKSDA Sumatera Barat, Dian Indriati, mengatakan 75 orang tersebut tercatat pada pendaftaran online pendaki Gunung Marapi mulai hari Jumat hingga Minggu pagi.

Dian Indriati menuturkan pihaknya memberikan izin pendakian Gunung Marapi karena adanya kesepakatan dengan semua pihak terkait di antaranya pemda dan Basarnas.

Selain itu BKSDA Sumbar juga sudah menyosialisasikan aturan dalam melakukan pendakian. Seperti tidak boleh mendekati kawah dan minimal pendakian berjumlah tiga orang.

Ia juga menyatakan untuk tanggap darurat, sudah ada posko siaga nagari dan juga rambu-rambu di setiap jalur pendakian.

"Kami juga menentukan bahwa pendaki yang dibolehkan melakukan pendakian hanya yang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," katanya dalam sebuah pernyataan.

Tak Ada Tanda-tanda

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, menjelaskan Gunung Marapi sudah berstatus Waspada sejak tahun 2011.

Baca juga: Wakil PM Timor Leste Tiba di Malaysia Kunjungan Kerja Empat Hari

Itu artinya warga direkomendasikan dilarang mendekat dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

Peta Marapi

Status waspada dan jarak tiga kilometer tersebut diputuskan melalui pertimbangan yang matang dan analisis data.

"Dari hasil pengamatan ahli kita menyebutkan jarak tiga kilometer itu sudah jarak aman buat pendaki apabila terjadi erupsi yang sifatnya mendadak. Masyarakat masih ada jarak untuk menghindar," jelasnya kepada BBC News Indonesia.

"Dan info dari relawan di sana dilaporkan yang di daerah vegetasi relatif tidak terdampak. Jadi jarak tiga kilometer itu jauh."

Catatan PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Marapi paling sering terjadi di dekat permukaan yang diakibatkan oleh akumulasi gas yang dekat dengan dasar kawah.

Gas itu, sambungnya, terakumulasi pelan-pelan dan tidak terdeteksi.

Ketika sudah waktunya gas terkumpul maka akan mengeluarkan erupsi.

Peristiwa seperti itu, katanya, terjadi pada 2004 dengan jeda 2-4 tahun yakni di tahun 2006 dan 2009. Kemudian terakhir pada 2017 silam tapi tidak memakan korban jiwa.

"Karakter erupsi Gunung Marapi ini sifatnya di puncak saja yang berbahaya."

"Namun butuh waktu untuk erupsi, tapi segitu-gitu aja erupsinya. Tapi meskipun kecil, tetap jangan dekati kawah, itu kuncinya," tegas Hendra Gunawan.

Baca juga: Banyaknya Sengketa Tanah karena Kinerja BPN Rendah, Butuh 160 Tahun, Gilaaa Bener

Letusan yang terjadi kemarin, diduga adalah erupsi freatik atau letusan ledakan uap yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan.

Kendati demikian untuk memastikannya dia bakal menurunkan tim demi mencari bukti lebih jauh. Pasalnya erupsi Gunung Marapi yang meletus kemarin mencapai radius tiga kilometer.

Merujuk pada data yang terekam di pos pengamatan tidak ada tanda-tanda peningkatan gempa ketika erupsi pada Minggu (04/12).

Adapun gempa, jelasnya, mengindikasikan adanya dorongan dari kedalaman gunung mengeluarkan muntahan material vulkanik.

Meski tidak ada peringatan erupsi seperti pada bencana tsunami, namun rekomendasi berupa status "Waspada" sejak 2011 sebetulnya sudah menjadi tanda "peringatan keras" yang mesti dipatuhi pihak terkait seperti pemda.

Sebab bagaimanapun PVMBG, sebutnya tak punya kewenangan menutup pendakian.**