Helo Timor Leste

Tak Ada Jembatan, Jalan Rusak Ibu Hamil Dipanggul dari Molop ke Pos Bobonaro, Derita Warga Pedesaan Timor Leste

Dodo Hawe - Nasional
Kamis, 8 Feb 2024 14:58
    Bagikan  
BERBATUAN
Tatoli/Sérgio da Cruz

BERBATUAN - Kondisi aliran sungai Pazol dari Ma-Ui hingga Dusun Omelai dan Anapal, Bobonaro.

HELOTIMORLESTE.COM - Pemerintah Timor Leste harus memikirkan warganya di pedalaman yang masih sangat menderita dalam kesehariannya.

Jika akses jalan, akses jembatan menjadi skala prioritas, maka warga yang sakit, ibu hamil dapat terlayani dengan cepat guna mendapatkan layanan kesehatan yang jauh jaraknya dari rumah mereka.

Masyarakat meminta Kementerian Pekerjaan Umum (MOP) memprioritaskan pembangunan jembatan sungai Pazol yang menghubungkan wilayah Molop dan Laco antara suku Sibuni dan Ai-Asa, Bononaro, Timor Leste.

Baca juga: Jembatan di Bobonaro Timor Leste Putus Warga Bingung, Motor Dipaksa Nyeberang Sungai, Makin Parah Jika Banjir

Desakan itu disampaikan Kepala Desa Molop, António Maia kedua wilayah itu tak bisa diakses saat musim penghujan tuba.

"Situasi sulit saat musim hujan dimana masyarakat kesulitan melakukan perjalanan dari Molop menuju Kecamatan Bobonaro dan ke Kota Maliana karena harus melintasi tiga sungai dengan wilayah yang luas," jelasnya seperti dilaporkan kantor berita Tatoli, Kamis (8/2/2024).

Tokoh masyarakat mengatakan ini mendesak dan harus menjadi prioritas karena pada tahun 2022 sudah memakan korban.

"Aliran sungai Laku merenggut nyawa warga masyarakat Molop, termasuk anak-anak, sepulang dari Kecamatan Bobonaro saat musim hujan," ungkapnya.

Baca juga: Pesawat NASA Perseverance Rover, Menangkap Gambar 360 Sungai Mars Kuno yang Menakjubkan

Selain itu, pada tahun 2015-2016 ada tiga warga masyarakat tersapu sungai dan tidak dapat diselamatkan hingga meninggal dunia lantara saat melintas banjir menerjang mereka.

Pada musim hujan, masyarakat Molop sangat terdampak karena terdapat satu sungai besar dan dua sungai kecil.

"Kami mohon pemerintah minimal membangun jembatan di atas sungai-sungai tersebut untuk memudahkan akses masyarakat Molop," ujarnya.

Baca juga: Coldplay Sumbang Kapal Pembersih Sampah Sungai di Cisadane Tangerang, Gak Mimpi Ini Gaes

Kepala suku mengatakan, situasi tersebut berdampak pada aktivitas perekonomian karena pada musim hujan, masyarakat tidak bisa membawa produk lokal ke pasar yang harus menyeberangi sungai.

"Mereka datang ke pasar sampai ke sungai dengan berjalan kaki, namun harus kembali karena sungai sedang tinggi. Kemudian produknya menjadi busuk dan hanya menghasilkan sampah," katanya.

Sementara di Molop tidak ada pasar, mereka sangat sulit untuk mencapai wilayah itu demi mendapatkan penghasilan berapapun besarnya.

Baca juga: Adik Ditemukan Kakak Hilang, Saat Mobil Pickap yang Ditumpangi Terjun ke Jurang Sungai Palo Banda

Kepala suku mengamati bahwa situasinya lebih sulit lagi bagi perempuan hamil dan perempuan dengan masalah kesehatan yang harus melahirkan.

Untuk mengatasi situasi seperti itu masyarakat Molop saling membantu menggendong ibu-ibu hamil dari Molop ke pos Bobonaro karena jalannya rusak.

Baca juga: Tanggul Jebol Luapan Sungai Karaulun Merusak Ladang dan Rumah Warga Timor Leste

"Karena jalau buruk dan harus memanggul mereka di pundak. Kami hanya bisa mengatakan bahwa tergantung Tuhan yang mengetahui hidup kami," kata Kepa suku.

Berdasarkan data, Suku Molop memiliki Tiga desa yaitu Omelai, Lonlolo, Leobalo dan Molop-Taz, dengan jumlah penduduk 1.826 dengan 407 KK. **