Helo Timor Leste

Ironis, Populasi Timor Leste Berusia Muda Namun Kecepatan Internetnya Nomor Empat Paling Lambat di Dunia

Satwika Rumeksa - Nasional
Senin, 12 Feb 2024 09:31
    Bagikan  
Lemot
ABC News: Vonia Vieira

Lemot - Joaquim Fonseca sampai berlangganan tiga provider sekaligus karena lambatnya internet

HELOTIMORLESTE.COM - Negara kecil ini jaraknya hanya sekitar 700 kilometer dari Darwin, Australia. Namun demikian internet masih menjadi masalah besar di Timor Leste seperti yang dituturkan oleh warga setempat.

Kehidupan sehari-hari Joaquim Fonseca bergantung pada internet.

Jadi, profesional IT yang berbasis di ibu kota Timor-Leste, Dili, punya masalah.

"Setiap hari, entah bagaimana, internetnya gagal," katanya kepada ABC.

"Mendownload file kecil susah. Bahkan mendownload halaman untuk baca berita [sulit]."

Ini masalah yang sudah lama terjadi di Timor Leste.

Negara ini hanya berjarak 700 kilometer di sebelah barat laut Darwin tapi kecepatan dan kapasitas internetnya berada di dunia lain.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh penyedia broadband UK, Cable, Timor Leste memiliki internet terlambat keempat di dunia, tepat di depan Afghanistan, Yaman, dan Suriah.

Baca juga: Kucing Bakal Punya Wakil di Dewan karena Pencintanya Ikut Nyaleg

"Terkadang kita bahkan tidak bisa terhubung ke WhatsApp (warga Timor Leste sering menyebut WP bukan WA)," ujar Betelia Leco Loco, seorang mahasiswa di Universitas Timor Lorosa'e (UNTL) di Dili kepada ABC.

Betelia, 22 tahun, mengatakan hal itu menghambat kemampuannya untuk belajar.

"Mencari informasi untuk artikel dan mengunduh jurnal itu sulit," katanya. "Dan pertemuan virtual sering terputus."

Tiga Provider Sama Saja 

Timor Leste memiliki populasi 1,3 juta orang, dengan sedikit kurang dari separuh populasi dianggap sebagai pengguna internet aktif.

Menghambat Pendidikan

Populasi juga muda - usia rata-ratanya 20 tahun - dan sedang mengalami urbanisasi serta semakin mahir secara digital, artinya lebih banyak penduduk lokal yang mulai mengandalkan internet untuk melakukan bisnis atau belajar.

Namun pertumbuhan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan tidak sejalan dan para peneliti mengatakan perubahan teknologi adalah salah satu isu paling krusial yang dihadapi negara ini.

Pemerintah sebelumnya telah berbicara tentang investasi serat optik untuk meningkatkan kecepatan internet tetapi hal itu tidak pernah terealisasi.

Pemerintah saat ini, yang dipimpin oleh Xanana Gusmão, mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk mendirikan sistem kabel serat optik lintas batas yang akan berkontribusi pada "infrastruktur internet yang lebih kuat dan beragam".

Mereka mengatakan bahwa ini akan terwujud melalui pembangunan Sistem Kabel Bawah Laut Timor Leste Selatan — sistem kabel serat optik bawah laut pertama negara ini.

Proyek ini, yang dilaksanakan oleh pemerintah sebelumnya, bertujuan untuk menghubungkan Timor Leste ke internet melalui Australia.

Baca juga: Feses Keras Walau Konsumsi Serat, Ternyata Masih Ada 5 Jurus Lainnya Hingga Probiotik

Proyek ini diharapkan selesai pada akhir tahun ini, dengan para peneliti mengatakan bahwa hal ini mungkin akan membantu negara ini memulai transformasi digital yang dinantikan.

Timor Leste memiliki tiga penyedia layanan seluler dan internet: Timor Telcom, Telkomsel, dan Telemor.

Joaquim menggunakan ketiganya.

"Beberapa di antaranya lebih baik di tempat-tempat yang berbeda," katanya.

"Sangat frustasi karena bukan hanya masalah biaya [yang tinggi], tetapi juga ketidakpastian ketersediaan layanan dan kualitas yang sangat buruk.

"Jadi saya harus mengeluarkan $US300 hingga $US400 per bulan untuk membeli paket internet."

Mitra keuangan dan bisnis Telkomsel, Dady Edward Ambarita, mengakui kecepatan internet telah menjadi "perhatian" bagi perusahaannya seiring dengan bertambahnya jumlah orang Timor yang terhubung ke internet.

Selama 11 tahun terakhir, jumlah pengguna terus meningkat dan kami mendapatkan lebih banyak pelanggan," katanya.

"Itu menjadi masalah baru bagi kami, jadi kami harus meningkatkan kapasitas melalui modernisasi peralatan kami."

Dia mengatakan perusahaan telah melakukan investasi di bidang ini "setiap tahun" tetapi ia mendesak pemerintah untuk memberikan lebih banyak dukungan untuk infrastruktur dan regulasi yang lebih baik di industri ini.

Ambarita mengatakan menurut penyedia layanan data, hampir semua internet berkecepatan tinggi, atau 4G, diberikan kepada organisasi internasional, perusahaan internasional, hotel, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan pemerintah yang beroperasi di Dili.

Akademisi dan aktivis hak asasi manusia Fernando Ximenes telah melakukan penelitian tentang masalah internet dan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi di Timor Leste.

Menurut Ximenes, perusahaan telekomunikasi mencoba untuk memonopoli internet.

Tapi dia mengatakan bahwa mereka mengabaikan fakta bahwa mengakses internet berkualitas bagus adalah hak asasi manusia.

Baca juga: (G)I-DLE Raih Posisi Puncak Acha Ranking, Buktikan Kekuatan Super Lady

"Situasi internet juga termanifestasi dalam bagaimana ekonomi negara beroperasi - sangat dimonopoli," katanya.

Ximenes mengatakan ini berdampak pada hak sipil dan ekonomi di negara tersebut, yang baru merdeka pada tahun 2002.

"Perhatikan negara-negara seperti Hong Kong," katanya. "Masalah internet mempengaruhi hak sipil politik ... sampai saat ini di Timor-Leste tidak ada pemblokiran dan sensor.

"Tapi penelitian ini menunjukkan [itu] tentang hak ekonomi, yaitu hak untuk mengakses, dan kita memiliki hak untuk mengakses internet dengan harga dan kualitas yang baik."

ABC menghubungi baik Telemor maupun Timor Telcom untuk memberikan komentar.**