Helo Timor Leste

Nyamuk Wolbachia, Nyamuk dan Bakterinya Bukan Rekayasa Genetik, Teknologi Baru Gaes

Ugu - Ragam
Sabtu, 18 Nov 2023 21:58
    Bagikan  
dr Nigz
Instagram

dr Nigz - dr Ningz ungkap Nyamuk Wolbachia, Nyamuk dan Bakterinya Bukan Rekayasa Genetik

HELOTIMORLESTE.COM -

Sebagaimana informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, bakal menyebar 20 juta jentik nyamuk ber-wolbachia di Kabupaten Buleleng dan Denpasar Bali.

Namun rencana pencegahan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di masa musim penghujan ditangguhkan karena terjadi pro kontra di masyarakat. Banyak yang menyampaikan kekhawatiran jika terjadi dampak kesehatan pada tubuh manusia akibat pelepasan nyamuk Wolbachia tersebut

Salah satu tokoh berpengaruh yang turut menyoroti nyamuk Wolbachia adalah mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah. Melalui akun Tiktok pribadinya @siti_fadilah_supari pada 9 November 2023, ia menilai penyebaran nyamuk wolbachia ini belum dapat dipastikan efek dalam jangka panjangnya akan seperti apa.

Baca juga: Alasan Pakai Kaffiyeh Hitam Putih Bakal Ditangkap Tentara Saudi

Bahkan dirinya mengaku didatangi para ahli yang menyampaikan jika penyebaran nyamuk wolbachia ini menuai protes dari berbagai kalangan seperti ahli-ahli.

“Waktu itu saya tiba-tiba didatangi para ahli-ahli nyamuk, ahli lingkungan dan mereka tidak terima dengan penyebaran nyamuk tersebut, mereka bertanya apakah itu nyamuk aedes aegypti yang direkayasa genetika itu berasal dari tempat kita, kayaknya iya,” tutur Siti Fadilah.

“Karena pada tahun 2011 lalu ada seorang yang sangat terkenal di dunia , villa tropis yang terkenal di dunia bertamu di Jogja dan berburu nyamuk, setelah itu nyamuk dibawa ke Kolombia dan mereka membuat suatu peternakan nyamuk di Kolombia. Nah dari sana itulah yang dilakukan penelitian dengan para ahli di Gadjah Mada,” imbuhnya.

Baca juga: Bill Gates Lepaskan 30 Juta Nyamuk Hasil Rekayasa Genetika ke 11 Negara , Bahaya Apa Gak Ya

Menurut Siti Fadilah jika nyamuk wolbachia sudah direkayasa genetika maka tidak akan bisa lagi membawa virus demam berdarah..Akan tetapi program tersebut justru menuai protes dari kalangan ahli terkait dengan efek jangka panjang apa yang akan ditimbulkan nanti.

“Tapi para ahli lingkungan, ahli ekologi, ahli virus, dan ahli nyamuk pada protes pada saya, ibu apakah sudah tahu efek jangka panjangnya, tapi saya jawab belum,” ujar mantan Menkes tersebut.

Lebih lanjut Siti Fadilah mengatakan, “Karena setiap penelitian dengan nyenggol-nyenggol genetik itu errornya tidak bisa kita ketahui sekarang juga, baru bisa kita ketahui antara 2 dan 10 tahun yang akan datang.”

Tetkait khawatiran terhadap nyamuk berbakteri Wolbachia, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI R.A. Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD (dr Ningz) mengatakan agar masyarakat tak perlu khawatir.

Baca juga: Setelah Suntik Filler di Singapura Malah Jadi Buta, Diduga Berhubungan dengan Pembuluh

Sebab menurut dr Ningsz nyamuk yang akan disebar di sejumlah wilayah di Indonesia. tersebut bukan rekayasa genetik, baik nyamuk maupun bakterinya.

"Apa benar nyamuk ini hasil rekayasa genetik? kalau sudah mikir genetik pasti sudah mikir macam-macam, padahal sebenarnya nyamuk ini atau yang nanti disebarkan gak ada rekayasa genetik," katanya dalam akun instagram pribadinya @drningz di Jakarta, Jumat, 17 November 2023.

dr Ningz menyebutkan bakteri Wolbachia yang dapat mengurangi virus dengue merupakan bakteri alami yang terdapat di 60 persen jenis serangga seperti lalat, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

"Ini adalah bakteri yang alami ada, jadi gak dibuat-buat," tegasnya

dr Ningz menjelaskan bakteri Wolbachia dapat diperbanyak dengan cara mengawinkan nyamuk yang sudah memiliki bakteri tersebut dengan nyamuk yang tidak memilikinya.

"Jadi, kalau ada nyamuk jantan yang mengandung Wolbachia dan kawin dengan nyamuk betina yang tidak mengandung Wolbachia, ini telurnya tidak akan menetas. Kalau yang mengandung Wolbachia adalah betina, nanti seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia dan akan menjadi nyamuk yang mengandung Wolbachia,"terangnya.

Melalui beberapa generasi, diharapkan seluruh nyamuk aedes aegypti akan mengandung bakteri Wolbachia, akibatnya akan mengurangi penyebaran virus dengue.

"Sebetulnya gak ada yang rekayasa genetik, baik dari nyamuknya maupun Wolbachia-nya, karena semua prosesnya alami, baik dari Wolbachia-nya maupun proses regenerasi atau perkembangbiakan nyamuknya juga alami," ucapnya.

Tidak sampai di sini, dr Ningz juga memastikan bahwa penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sudah melalui uji coba dan dilakukan sejak 2011.

Dia menyebutkan terdapat sejumlah negara endemis DBD seperti Brazil, Australia, Vietnam, Meksiko, dan Sri Lanka yang juga menerapkan hal yang sama, sedangkan di Di Indonesia nyamuk ber-Wolbachia telah disebar di Yogyakarta.

Hasil dari uji coba di Yogyakarta ternyata terbukti mampu menekan angka kesakitan akibat DBD hingga 77 persen, serta mengurangi risiko rawat inap menjadi 86 persen.

Meskipun ada teknologi Wolbachia, dr Ningz tetap mengajurkan untuk mencegah penyebaran nyamuk demam berdarah,

"Pencegahan DBD harus dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, dan jangan lupa 3M plus, menutup, menguras, dan mengubur," pungkas dr Ningz.***